Home » » HEBOH ARISAN SEKS ANAK SD DI KEDIRI, LIBIDO TAK TERSALURKAN

HEBOH ARISAN SEKS ANAK SD DI KEDIRI, LIBIDO TAK TERSALURKAN

Written By Unknown on Minggu, 16 Maret 2014 | 09.28

Kediri - Heboh sebuah fenomena seks bebas dengan melibatkan anak dibawah umur berstatus pelajar bermodus arisan sek juga terjadi di Kediri, Jawa Timur. Kutipan beritalima.com


Lebih ironis lagi, hal itu dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar, yang baru beranjak remaja.

Temuan adanya seks bebas dikalangan siswa Sekolah Dasar ini diungkapkan oleh Hj.Ike Firdasari selaku ketua Persatuan Waria Ked iri disela sela acara refleksi akhir tahun Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Kediri Jum’at (28/12) lalu.

Menurutnya seks bebas tersebut dilakukan oleh 6 pelajar sekolah Dasar di Area Lokasi Gelanggang Olah Raga Jaya Baya di Kelurahan Banjar Melati Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

Lebih gila lagi, lanjutnya, seks bebas tersebut dilakukan secara beramai ramai bergiliran 6 orang.

”Istilahnya, bisa dikatakan Salome (Satu Lobang Rame-Rame), mereka melakukanya tidak hanya bersama Pekerja Seks Komersial, melainkan juga sama Waria. lagi pula saat berhubungan keenamnya dalam kondisi mabuk,” beber Hj. Ike.

Ike juga mengaku mengenal dan tahu identitas serta tempat tinggal, salah satu pelajar yang dimaksud.

Saat melakukan seks bebas, keenam pelajar Sekolah Dasar ini tidak dimintai uang sepeser pun uang oleh PSK dan Waria yang diajaknya melakukan hubungan badan.

Melihat kondisi seperti itu Hj. Ike merasa miris perasaanya. Maka dari itu ia meminta, petugas Satuan Polisi Pamong Praja berkordinasi dengan Aparat Kepolisian berperan aktif sesering mungkin melakukan razia disejumlah tempat hiburan dengan sasaran pelajar.

Tidak hanya itu,diharapkan juga peran serta orang tua agar lebih aktif lagi melakukan pengawasan kepada putera – puterinya. ”Jadi jangan salahkan PSK mau pun Waria yang seenaknya saja dijadikan kambing hitam, Peran serta Orang tua juga lebih Penting. Kalau sudah begini terus Bagaimana,” ujarnya.

Terpisah Seketaris Komisi Penanggulangan Aids Daerah Kota Kediri Heri Nurdianto dikonfirmasi mengenai temuan dari Perwaki,mengatakan.KPAD akan terus melakukan pendekatan, berkoordinasi dengan pihak orang tua bersangkutan serta tokoh masyarakat setempat untuk mengedepankan penyelesaian persuasif.

Libido Tak Tersalurkan

Sementara itu dilansir dari Surabayapagi.com Bagong Suyanto, sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menilai “arisan seks" seperti yang baru-baru ini terbongkar di kalangan pelajar akibat kuatnya dua pengaruh perubahan yang ada di tiap diri remaja. Pertama, pengaruh perubahan permisif seiring dengan bertambahnya usia menuju kedewasaan. Kedua promiskuitas, yakni hasrat ingin menyalurkan seks dengan siapapun tanpa menempuh ikatan resmi atau perkawinan.

"Dua gejolak itu yang tidak tersalur dengan wajar. Tidak seperti remaja zaman dahulu, saat menginjak dewasa meraka menikah atau dikawinkan," kata Bagong.

Perilaku yang terjadi itu indikasi permisif yang makin kelihatan. Mereka tengah berada di rentan waktu menunggu libido. Dan bahayanya jika tidak tersalur dengan benar melalui ikatan pernikahan. Sementara jalan yang dilakukan disebut promiskuitas, yakni mencari jalan keluar melalui relasi. Dalam hal ini PSK, karena tidak ada ikatan emosional. "Menggunakan jasa PSK, menurut mereka itu yang bisa dilakukan. Karena tidak ada ikatan emosional, setelah selesai ya sudah," jelasnya.

Hal lain yang menjadi sorotan, lanjut Bagong, karena saat ini kontrol masyarakat semakin longgar. Diumpamakan oleh Bagong, saat ini tidak seperti dulu. Kalau ada orang yang tidak melakukan salat, orang sekampung pasti tahu. "Saat ini, warga tidak lagi peduli dengan apa yang dilakukan orang lain. Termasuk tetangga, meski berdekatan," ucapnya.

Daniel M Rasyid, anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur menambahkan, kasus terjadinya “arisan seks” tidak terlepas dari ketidakpedulian orangtua siswa, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah terhadap jaminan masa depan generasi bangsa. Karena itu, “arisan seks” baik terjadi di kalangan pelajar Situbondo maupun pelajar SD Kediri, merupakan krisis besar di dunia pendidikan. " Masalah ini seperti gunung es yang harus segera dipecahkan," cetus Daniel.

Ia menyebut, saat ini, sekolah bukan lagi tempat murid belajar, melainkan hanya tempat para guru mengajar. "Artinya dunia pendidikan formal tidak sepenuhnya memberi pendidikan moral. Tapi hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran secara tex book. Mengajarkan materi-materi untuk ujian saja," papar dosen Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) itu.
Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang