Laga Persebaya 1927 melawan Blitar Selection di Stadion Supriyadi, Kota Blitar, Minggu (3/7), berjudul Pertandingan Persahabatan. Namun, yang terjadi justru tawuran antara suporter kedua kesebelasan.
Akibat tawuran yang mendorong penghentian pertadingan itu puluhan suporter dan polisi luka hingga memerlukan perawatan dokter.
Andik, salah seorang penonton, mengungkapkan, suhu yang melingkupi para suporter di tribun memang sudah mulai terlihat memanas sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai. Sudah terjadi perang batu di antara kedua suporter.
“Awalnya dari kedua suporter ini sudah terlihat ‘panas’. Bahkan, sepuluh menit sebelum pertandingan mereka sudah saling lempar batu,” katanya.
Beruntung, kata dia, aksi lempar batu itu bisa terhenti. Tetapi, sayangnya, aksi itu kembali terjadi saat pertandingan memasuki sepuluh menit. Terjadi kembali saling lempar batu di tribun sebelah utara antarsesama penonton. Bahkan, para suporter dari tuan rumah, berlari mengejar para suporter bonek.
Tapi, aksi saling lempar batu kembali pecah di tribun sisi utara saat pertandingan memasuki menit ke-10. Pertandingan bisa dilanjutkan hingga babak pertama bubaran.
Babak kedua bakal dilanjutknan, kerusuhan dan saling lempar batu antarsuporter kembali terjadi. Bahkan, para suporter tuan rumah, terlihat berlari mengejar para Bonek. Kerusuhan dan bentrok suporter tidak terkendali dan polisi terlihat kewalahan. Pertandingan akhirnya dihentikan.
“Kami dilempari dulu, sehingga melakukan perlawanan,” kata seorang Bonek di Stadion Supriyadi.
Beberapa suporter mengaku tidak terima hingga terpaksa melakukan aksi lempar batu itu. Mereka menuding ada suporter dari kesebelasan lain yang menyusup dan memprovokasi kericuhan
Polisi yang ada di lokasi langsung berupaya menghentikan aksi perang batu di antara kedua suporter itu.
Terdengar juga teriakan petugas kepolisian agar menghentikan aksi lempar batu di dalam stadion. Karena kata-kata persuasif tak cukup untuk menghentikan perang batu, polisi pun mencabut pistol dan meletupkan beberapa tembakan peringatan.
Hingga pukul 16.30 WIB, kericuhan makin memanas. Suporter Persebaya 1927 terlihat berusaha menjebol pintu pembatas stadion. Mereka terlihat berjubel melempar suporter lawannya.
“Hentikan, hentikan…Suporter Persebaya mundur, suporter Blitar juga mundur. Pertandingan tidak akan dilanjutkan lagi,” teriak Panitia Pelaksana (Panpel) di mikrofon.
Terlihat beberapa mobil petugas kepolisian dan 2 pleton SSK berdatangan dan membantu melokalisasi suporter Persebaya 1927 di tribun utara. Selain suporter, kendaraan yang mereka bawa juga diamankan dan dimasukkan ke dalam tribun utara.
Suasana tegang terus menyelimuti Stadion Supriyadi. Para korban lemparan batu pun berjatuhan, baik dari kedua kubu suporter, polisi maupun panitia pelaksana. Di sela hujan batu, terlihat Ketua Panitia Pelaksana pertandingan Hariyono dilindungi dua temannya menjauh dari lokasi tawuran. Tangan kanan Hariyono memegangi dahinya yang terus mengucurkan darah akibat terkena lemparan batu suporter. Menurut Humas Panpel Murjoko, korban yang mengalami luka sudah dirawat di mobil puskesmas keliling, termasuk Hariyono.
Selain berupaya mengendalikan para suporter yang mengganas, polisi pun berupaya mengevakuasi para pemain Persebaya dan Blitar Selection dari lapangan tempat keduanya bertanding. Mereka memasuki bus yang disediakan panitia. Sayangnya, saat akan meninggalkan lokasi stadion, bus yang mereka tumpangi juga menjadi sasaran kemarahan para suporter, hingga kaca samping bus retak. Hingga kini, belum diketahui apakah ada pemain yang terluka karena lemparan batu itu atau tidak.
Sementara itu, polisi terus berupaya menghentikan aksi perang batu di antara keduanya. Polisi juga terus mengawal dengan ketat, untuk proses pemulangan mereka. Para suporter dari Persebaya 1927 dikawal ke lokasi terminal, sementara untuk suporter dari Blitar Selection diupayakan segera keluar menggunakan kendaraan pribadi yang mereka bawa sendiri.
“Kami sudah menempatkan lebih dari 150 petugas untuk mengawal kepulangan mereka. Kami akan naikkan kendaraan menuju Kediri, untuk kepulangannya,” kata Kepala Bagian Operasional Polresta Blitar Kompol Slamet Riyadi.
Ia mengatakan, saat ini polisi sudah mempersiapkan angkutan untuk mengangkut ratusan Bonek itu menuju Kediri. Kendaraan yang dipersiapkan, di antaranya truk umum hingga kendaraan polisi.
Pihaknya juga memastikan, saat ini Stadion Supriyadi yang digunakan pertandingan kedua kesebelasan sudah steril dari para Bonek maupun suporter dari Blitar Selection.
“Kami pastikan, lokasi stadion sudah steril dari para Bonek. Kami juga sudah turunkan personel untuk mengamankan lokasi stadion. Saat ini, kendali ada di bawah Kapolresta langsung,” ucapnya.
Pihaknya memang tidak mengarahkan para suporter untuk naik kereta api. Hal itu sesuai dengan aturan dari pihak kereta api, yang tidak memperbolehkan para suporter untuk naik.
Menyinggung dengan kerusakan, Kompol Slamet mengatakan, tidak ada kerusakan yang serius. Hanya ada truk polisi dan bus milik Pemerintah Kota Blitar, yang digunakan untuk mengangkut para pemain, rusak sedikit. Sedangkan di stadion sendiri, tidak ada kerusakan yang signifikan.
Sementara itu, Kepala Stasiun Kereta Api Kota Blitar Mawan Novianto membenarkan bahwa pihaknya melarang penumpang menggunakan atribut suporter untuk naik kereta.
“Itu aturan dari pusat, jadinya kami juga tidak memperbolehkan mereka naik. Kami persilakan, jika mereka tidak menggunakan atribut untuk ingin naik kereta, karena kami anggap penumpang biasa. Tetapi, jika ketahuan menggunakan atribut suporter, kami tidak izinkan,” ucapnya.
Pihaknya juga sudah menempatkan bagian pengamanan dari stasiun untuk mengamankan lokasi. Ia berharap, peristiwa lempar batu antarsuporter yang terjadi, saat pertandingan antara Persebaya 1927 melawan Blitar Selection itu, tidak berlanjut di jalur kereta api.
Terkait kericuhan itu, salah seorang koordinator suporter Persebaya 1927, Sinyo Devara, meminta maaf atas tindakan beberapa rekan mereka yang terlibat bentrokan dengan suporter Blitar. Ia menuding ada keterlibatan provokator dalam tawuran itu.
“Kami berangkat bersama-sama kemarin malam. Kita niat tulus untuk silaturahmi dengan Singo Lodro. Sebelum pertadingan kita juga disambut baik oleh suporter PSBI,” ucap Sinyo kepada beritajatim.com.
Menurutnya, selama ini hubungan Bonek dengan suporter Blitar sangat baik. Di awal pertandingan, kedua kubu juga saling balas pujian. Namun, entah kenapa suporter Blitar yang menempati tribun pojok timur menyanyikan lagu yang menyinggung Bonek. Diduga kuat hal inilah yang memicu terjadinya tawuran.
Atas insiden itu, Sinyo secara terbuka meminta maaf terhadap pihak-pihak yang merasa dirugikan. Namun, Sinyo menegaskan, ada provokator yang bermain di insiden itu. “Kami atas nama Bonek meminta maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan. Kami datang dengan damai dan ingin silaturahmi,” tegas pria yang mengaku fans berat AC Milan itu.
Pelatih Persebaya 1927 Aji Santoso menyayangkan pertandingan tidak bisa berjalan secara normal. “Niat kami ingin menghibur, tapi tidak berhasil. Pemain kedua tim di dalam lapangan tidak ada masalah,” terang Aji.
Komisaris Utama PT Persebaya Indonesia Saleh Ismail Mukadar meminta, Bonek tidak gampang terpancing provokasi. “Mohon kepada Bonek agar menahan diri, jangan terprovokasi dan jangan main hakim sendiri. Semuanya serahkan ke polisi untuk menyelesaikan secara hukum,” pinta Saleh. [SURYA POST]