Artequick, obat baru antimalaria yang dikembangkan di China, diperkenalkan di Lagos, Nigeria, Kamis (4/8/2011). Obat ini dipakai untuk menangani penyebaran penyakit malaria di negara paling padat di Afrika tersebut.
Obat yang dikembangkan Guangzhou University of Chinese Medicine itu lebih efisien, tak terlalu beracun dan lebih bersahabat pada pasien dibandingkan obat tradisional antimalaria.
“Lebih dari 95 persen parasit dibunuh dalam waktu 24 jam setelah seseorang menggunakan Artequick,” kata Song Jianping, profesor medis dari universitas tersebut kepada Xinhua, Jumat (5/8/2011)
Obat itu telah mengurangi prevalensi malaria di Pulau Moheli di Kepulauan Komoro di Afrika timur jadi kurang dari dua persen dari 23 persen sejak proyek pengendalian malaria dilancarkan oleh universitas tersebut pada 2007.
Menurut catatan WHO, malaria merenggut lebih dari satu juta jiwa setiap tahun di seluruh dunia, terutama anak-anak Afrika yang berusia di bawah lima tahun. [surya.co.id]