Home » » PENOREH TINTA EMAS LITERASI BUDAYA

PENOREH TINTA EMAS LITERASI BUDAYA

Written By Unknown on Sabtu, 11 Juni 2011 | 22.08

HB. JASSIN

Hans Bague Jassin, atau lebih sering disingkat menjadi H.B. Jassin (Lahir di Gorontalo, Sulawesi Utara tanggal 13 Juli 1917), seorang pengarang, penyunting dan kritikus sastra ternama dari Indonesia. Ia berasal dari keluarga Islam yang taat. Saat masih sekolah, ia sudah mulai menulis dan karya-karyanya di muat di beberapa majalah. Setelah sempat bekerja sukarela di Kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Setelah periode awal tersebut, H.B. Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain. Kritik sastra yang dikembangkan H.B. Jassin umumnya bersifat edukatif dan apresiatif, serta lebih mementingkan kepekaan dan perasaan daripada teori ilmiah sastra. Selamanya hidupnya, H.B. Jassin juga dikenal sangat ahli dan tekun dalam mendokumentasikan perkembangan sastra Indonesia. Hasil jerih payahnya saat ini dapat ditemukan pada Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.


SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA (STA)

Sutan Takdir Alisjahbana adalah motor dan pejuang gerakan pujangga baru yang dilahirkan di Natal, Tapanuli Selatan, pada tanggal 11 Februari 1908. Ia berasal dari keluarga besar guru. Peranannya dalam bidang sastra, budaya, dan bahasa sangat besar. Sebagai penulis ahli dan Ketua Komisi Bahasa, ia melakukan modernisasi Bahasa Indonesia sehingga tercipta bahasa nasional sebagai bahasa pemersatu bangsa. Ia yang pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936) yang masih dipakai sampai sekarang, serta kamus istilah yang berisi istilah-istilah baru yang dibutuhkan negara baru untuk mengejar modernisasi di berbagai bidang. Salah satu karyanya, yaitu Layar Terkembang dan merupakan cerminan cita-citanya. Yang digambarkannya melalui tokoh Tuti sebagai wanita Indonesia yang berpikiran maju, yang aktif dalam pergerakan wanita.

ASRUL SANI

Asrul Sani (Lahir di Rao, Pasamon, 10 Juni 1927), dikenal sebagai seniman kawakan dengan sajak Tiga Menguak Takdir bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin. Ia pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia. Ia dan kedua temannya menjadi pendiri 'Gelanggang Seniman Merdeka' dan menjadi tokoh pelopor sastrawan angkatan '45. Lahir dari keluarga besar sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Selain penyair, ia juga penulis cerita pendek, esai, penterjemah berbagai naskah drama kenamaan dunia, penulis skenario drama dan film, serta sekaligus sutradara panggung dan film. Film pertama yang disutradarainya adalah Titian Serambut Dibelah Tudjuh pada tahun 1959. Karya besar film lainnya adalah Naga Bonar, Pagar Kawat Berduri, dll. Selama hidupnya, Asrul Sani hanya mendedikasikan dirinya pada seni dan sastra.

AMIR HAMZAH

Bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera (Lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911), adalah seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) dan banyak berkecimpung dalam alam sastra dan kebudayaan Melayu. Amir Hamzah bersekolah menengah dan tinggal di Pulau Jawa pada saat pergerakan kemerdekaan dan rasa kebangsaan Indonesia bangkit. Pada masa ini, ia memperkaya dirinya dengan kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia lainnya. Bersama dengan STA dan Arminj Pane, ia mendirikan majalah Pujangga Baru (1933), yang kemudian oleh H.B. Jassin dianggap sebagai tonggak berdirinya Angkatan Sastrawan Pujangga Baru. Kumpulan puisinya adalah Nyanyian Sunyi (1937), menjadi rujukan klasik kesusastraan Indonesia. Amir Hamzah menjadi penyair yang diakui kemampuannya dalam bahasa Melayu. Di tangannya Bahasa Melayu mendapat suara dan lagu yang unik, yang terus dihargai hingga sekarang.
Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang