Home » » 81% ANAK NTT SEHARIAN TONTON SINETRON

81% ANAK NTT SEHARIAN TONTON SINETRON

Written By Unknown on Selasa, 29 November 2011 | 20.19

[Ilustrasi : nonton acara di televisi]

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur (NTT), Ny. Mutiara Mauboy, mengemukakan bahwa 81 persen anak di provinsi kepulaun itu menghabiskan waktunya setiap hari dengan menonton televisi, khususnya segmen hiburan dan sinetron.

Selain itu, menurut dia di Kupang, Rabu, 67 persen anak-anak NTT yang berusia antara 10 hingga 15 tahun, sudah pernah mengunduh situs porno melalui Internet, dengan waktu rata-rata minimal tiga jam.

"Mereka yang mengunduh berusia 10 hingga 15 tahun, dan paling banyak di antara 10 hingga 13 tahun dengan jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak saat menggunakan Internet minimal tiga jam sekali ke warnet atau sekali digunakan. Dalam satu hari bisa beberapa kali mengunduh Internet," katanya.

Dia mengatakan hal itu sebagai bagian dari hasil penelitian yang dilakukan KPID di seluruh wilayah NTT untuk melaksanakan tugas melek media (media literacy) kepada masyarakat.

Dari hasil pantauan KPID NTT, menurut dia, anak-anak NTT di saat ini masuk dalam golongan anak-anak yang hidupnya dengan televisi atau disebut sebagai anak-anak omnivision.

Dijelaskannya, pada 2011 KPID NTT melakukan pemantauan, melek media dan penelitian yang dilakukan di sejumlah daerah sebagai sampel, yakni di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Belu, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Alor, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat, Nggada, dan Kabupaten Nagekeo.

Dari 14 kabupaten/kota yang dijadikan sebagai lokasi sampel penelitain literasi media tersebut, KPID melakukannya secara bertahap dengan segmentasi bulan yang ditetapkan sesuai dengan kabupaten/kota yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian.

Dia menyebutkan, melek media selama Februari sampai April 2011 dilakukan di Kota Kupang, April sampai dengan Agustus 2011 dilakukan di Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Rote Ndao, Alor, Sikka, Flores Timur, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat, Nggada, Nagekeo.

Selama Agustus hingga September 2011, ia mengemukakan, selain kegiatan melek media, juga dilakukan penelitian penggunaan media oleh anak-anak NTT, dengan jumlah responden sebanyak 600 orang anak usia 10 hingga 18 tahun di beberapa kabupaten/kota yang ada.

Untuk Kota Kupang, kata Ny. Mutiara, ada sebanyak 300 sampel anak yang diambil secara acak, mengingat Kota Kupang yang adalah ibu kota Provinsi NTT memiliki banyak kemajuan dan memiliki kelengkapan fasilitas informasi dan teknologi yang lebih memadai dari kabupaten lain di NTT.

Jumlah sampling yang tersisa berada di Kabupaten Kupang, Kabupaten Sikka serta Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) yang masing-masingnya menggunakan 100 anak selaku responden, ujarnya.

Dari hasil olahan data yang diperoleh di lapangan, kata Ny Mutiara, 81 persen anak-anak menonton televisi setiap hari, dan rata-rata menghabiskan waktu di atas tiga jam dengan pilihan acaranya adalah hiburan dan sinetron.

Sebanyak 67 persen lainnya yang berusia 10 hingga 15 tahun, dikatakannya, sudah pernah mengunduh situs porno, dengan jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak saat menggunakan internet minimal tiga jam sekali ke warnet atau sekali menggunakan warnet, dengan intensitas sehari bisa lebih dari satu kali ke warnet.

Sedangkan, anak-anak dengan usia tersebut yang sudah menonton filem porno sebanyak 61 persen, dan 64 persen menghabiskan waktunya setiap hari untuk bermain playstation, 41 persen memilih televisi sebagai pilihan pertama sebagai temannya setiap hari, dan sisanya terbagi dalam media yang lain.

Terhadap prosentase anak-anak yang membaca buku, menurut dia, sebanyak 32 persen dan yang dibaca adalah buku pelajaran saja dan tidak membaca buku cerita, surat kabar serta majalah, dengan alasan karena banyaknya tugas.

"Artinya, jika tidak ada tugas, maka anak-anak itu tidak pernah akan membaca buku pelajaran," katanya.

Sementara itu, ia juga mengemukakan, ada juga anak-anak yang juga mendengar radio berjumlah 31 persen, dengan pilihan untuk mendengar musik dan hiburan sebanyak 68 persen dan yang mendengar siaran pendidikan dan kebudayaan hanya berjumlah tiga persen.

Dia mengatakan, anak-anak menghabiskan waktunya dalam sehari sekitar empat hingga lima jam, seminggu 30 hingga 35 jam, dan dalam setahun sebanyak 1.600 jam.

Dari jumlah waktu yang tersedia bagi anak-anak tersebut, ia menuturkan, hanya sekitar tiga hingga lima jam sehari, 18 hingga 30 jam seminggu serta 740 jam setahun itu saja yang digunakan anak untuk bersekolah.

"Itu artinya waktu yang tersisa digunakan oleh anak-anak hanya untuk mengakses televisi, internet dan hiburan lainnya melalui media-media yang ada," katanya.

Dengan kondisi tersebut, ia menilai, dapat dikatakan bahwa ada ancaman "kekerasan isi media" yang sedang melanda anak-anak khusus di wilayah NTT, dan masih luput dari perhatian orang tua, masyarakat serta kelompok elemen lainnya.

"Selama ini kita hanya fokus pada kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan eksploitasi. Kita lupa bahaya yang tidak dapat dihindari adalah tidak semua isi media cocok untuk anak-anak dan keluarga," katanya.

Oleh kare itu, ia mengemukakan, diharapkan ada kerja sama yang baik antar lembaga dan masyarakat untuk secara serius membimbing dan menuntun anak-anak dalam mengakses setiap media yang ada di tengah perkembangan kemajuan teknologi multimedia saat ini, sehingga tidak terjerumus ke dalam kesalahan, demi menjaga masa depan, pendidikan dan pembentukan karakter anak di NTT. [sumber]
Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang