Demam dansa di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari tren musik yang mengepung dunia. Kebetulan, musik-musik Amerika Latin sekarang naik daun di segala penjuru jagat.
Ini dimulai dengan populernya lagu-lagu yang dibawakan Ricky Martin, Jennifer Lopez, dan Santana. Semua lagu mereka yang mengentak-entak mengundang orang untuk bergoyang. Dansa atau tari sebenarnya bukan barang baru di negeri ini.
Hampir setiap daerah punya kebiasaan menari diiringi musik tradisional. Di Jawa Tengah dikenal tari tayub. Orang Jawa Barat juga biasa menari jaipong diiringi tabuhan gendang yang menyentak- sentak. Di daerah Melayu Deli pun dikenal tari Serampang Dua Belas.
Jangan lupa, selama ini masyarakat lapisan menengah ke bawah amat menyukai musik dangdut karena bisa membuat pinggul bergoyang. Dikemas dengan apik lewat acara di sejumlah stasiun televisi, popularitas musik dangdut pun belakangan kian berkibar.
Dasar budaya itu membuat orang Indonesia gampang menyerap berbagai jenis dansa dari belahan lain dunia. Apalagi, di era Presiden Sukarno dulu, dansa sudah sempat menjadi populer. Bung Karno sendiri mewajibkan anak-anaknya: Megawati, Guruh, Rahmawati, dan Sukmawati, berlatih menari.
Ia juga rajin berdansa di Istana dengan mengundang artis semacam Rima Melati, Titi Qadarsih, dan Titik Puspa. Baru setelah Orde Baru muncul pada 1966, kebiasaan semacam ini lenyap. Lihatlah, bukan cuma dansa dari negeri asing yang populer. Semuanya merupakan tarian daerah yang telah dikemas dengan indah.
Mereka juga menyukai tari poco-poco yang dipopulerkan kalangan militer. Di tengah paceklik ekonomi sekarang, dansa memang bisa menjadi hiburan yang murah dan menyenangkan.