Mulai dari 'badai' petir yang menghiasi langit malam, hujan debu sampai dengan kerikil sebesar kelereng, juga turut mengiringi erupsi Gunung Kelud malam kemarin.
Tentu saja, sebelum dan pada saat erupsi terjadi, gumpalan awan yang terdiri dari abu vulkanik juga terlihat membumbung di angkasa. Banyak orang yang mengabadikan aktivitas vulkanis Gunung Kelud tersebut dengan menggunakan kamera yang tersemat di smartphone atau perangkat mobile mereka.
Walaupun ada beberapa orang yang mempercayainya, akan tetapi tidak sedikit yang mengatakan bahwa itu hanya editan saja.
Hal seperti ini bukanlah yang pertama terjadi. Ketika Gunung Merapi meletus di tahun lalu, ada pula satu pemandangan kepala salah satu Punakawan yang juga terabadikan jelas di kamera.
Tidak hanya itu, ketika gedung WTC roboh oleh hantaman 2 pesawat terbang beberapa tahun lalu, juga ada foto yang memperlihatkan gambar wajah besar di antara ledakan itu.
Akan tetapi, secara ilmiah dan apabila tidak ada unsur edit foto, hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar. Karena, ada suatu istilah yang dinamakan Pareidolia.
Merujuk tulisan di Wikipedia, Pareidolia adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak (seringkali sebuah gambar atau suara) yang dianggap penting.
So, ada kemungkinan (apabila memang tidak ada unsur edit foto di dalamnya) bahwa tampilan wajah yang terbentuk dari abu vulkanik Gunung Kelud tersebut hanyalah sebuah Pareidolia.