TEMPO.CO, Jakarta - Tumpukan tugas, beban kerja yang banyak dan kening berkerut sering menghiasi ruang kerja pada umumnya. Banyak orang kantoran, wajahnya terpaku di layar komputer. Pemandangan ini biasa disaksikan di banyak kantor. Namun, ini tak sepenuhnya baik bagi produktifitas anda. Perlu satu tambahan yang mengisi ruang kerja anda yaitu humor.
Michael Kerr, pembicara bisnis internasional dan penulis buku 'The Humor Advantage: Why Some Businesses are Laughing all the Way to the Bank' mengatakan jumlah atau jenis humor di setiap tempat kerja tergantung pada budaya. Dalam kerja yang mendorong orang untuk menjadi diri mereka sendiri, cenderung lebih terbuka dengan humor mereka. "Bahkan orang-orang yang tidak senang guyon, cenderung berhumor ria di lingkungan yang lebih santai ," kata dia.
Lynn Taylor, penulis buku 'Tame Your Terrible Office Tyrant' menyatakan para pekerja lebih nyaman guyon dengan teman sejawat dibanding dengan bos atau atasan mereka. "Bercanda dengan atasan resikonya lebih besar jika atasan tak suka humor atau tersinggung," kata dia.
Taylor juga menjelaskan banyak bos yang tak bisa guyon, atau memulai humor dengan stafnya. "Mereka ingin, tapi tak bisa," ujarnya.
Padahal, puluhan survei menunjukkan humor adalah salah satu kunci keberhasilan. Studi oleh Bell Leadership Institute menemukan bahwa dua sifat yang paling diinginkan ada pada pemimpin adalah etos kerja yang kuat dan rasa humor yang baik. Survei internasional Robert Half menemukan 91 persen dari eksekutif percaya rasa humor penting bagi kemajuan karir. Sedangkan 84 persen merasa orang yang memiliki rasa humor yang baik bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Rekan kerja yang lucu juga banyak disukai. Dengan humor, bisa mendapatkan teman dan bisa mempengaruhi orang lain.
Menurut Kerr, banyak perusahaan yang bisa memetik manfaat humor di ruang kerja. Perusahaan seperti Zappos dan Southwest Airlines menggunakan humor dengan untuk menjaga brand mereka, menarik dan mempertahankan karyawan. "Juga untuk menarik pelanggan," kata dia.
Taylor mengatakan humor menunjukkan kedewasaan dan kemampuan untuk memiliki perspektif lain. Tak aneh jika presiden Amerika Serikat ke 34, Dwight D Eisnhower mengatakan, "Humor adalah bagian dari seni kepemimpinan, bagian dari cara kita bergaul dan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."
NUR ROCHMI/ FORBES
media.rd.com
Michael Kerr, pembicara bisnis internasional dan penulis buku 'The Humor Advantage: Why Some Businesses are Laughing all the Way to the Bank' mengatakan jumlah atau jenis humor di setiap tempat kerja tergantung pada budaya. Dalam kerja yang mendorong orang untuk menjadi diri mereka sendiri, cenderung lebih terbuka dengan humor mereka. "Bahkan orang-orang yang tidak senang guyon, cenderung berhumor ria di lingkungan yang lebih santai ," kata dia.
Lynn Taylor, penulis buku 'Tame Your Terrible Office Tyrant' menyatakan para pekerja lebih nyaman guyon dengan teman sejawat dibanding dengan bos atau atasan mereka. "Bercanda dengan atasan resikonya lebih besar jika atasan tak suka humor atau tersinggung," kata dia.
Taylor juga menjelaskan banyak bos yang tak bisa guyon, atau memulai humor dengan stafnya. "Mereka ingin, tapi tak bisa," ujarnya.
Padahal, puluhan survei menunjukkan humor adalah salah satu kunci keberhasilan. Studi oleh Bell Leadership Institute menemukan bahwa dua sifat yang paling diinginkan ada pada pemimpin adalah etos kerja yang kuat dan rasa humor yang baik. Survei internasional Robert Half menemukan 91 persen dari eksekutif percaya rasa humor penting bagi kemajuan karir. Sedangkan 84 persen merasa orang yang memiliki rasa humor yang baik bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Rekan kerja yang lucu juga banyak disukai. Dengan humor, bisa mendapatkan teman dan bisa mempengaruhi orang lain.
Menurut Kerr, banyak perusahaan yang bisa memetik manfaat humor di ruang kerja. Perusahaan seperti Zappos dan Southwest Airlines menggunakan humor dengan untuk menjaga brand mereka, menarik dan mempertahankan karyawan. "Juga untuk menarik pelanggan," kata dia.
Taylor mengatakan humor menunjukkan kedewasaan dan kemampuan untuk memiliki perspektif lain. Tak aneh jika presiden Amerika Serikat ke 34, Dwight D Eisnhower mengatakan, "Humor adalah bagian dari seni kepemimpinan, bagian dari cara kita bergaul dan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."
NUR ROCHMI/ FORBES